Senin, 26 April 2010

Budaya Membaca : Dari Kecil Terbiasa, Sudah Besar Terbawa

Oleh : Amirul Khair


Seorang anak kecil berumur sekira 3 tahun sedang asyik membolak-balik halaman demi halaman sebuah buku bergambar yang diambilnya dari salah satu rak buku di Waroeng Pintar Dato Seri di kawasan Kampoeng Niaga Batangkuis.
“Iii…kambing, ayam, lembu…….durian, jagung, jeruk…….” sambil terus membuka halaman dan menyebutkan satu persatu gambar yang dilihatnya seakan-akan sudah pandai membaca.
Saif, nama anak kecil tersebut yang menurut ibunya Ernawati, sebenarnya belum pandai membaca. Ia hanya menyebutkan nama binatang dan jenis buah-buahan yang gambarnya terpampang di buku tersebut tanpa mengetahui rangkaian huruf-huruf yang membentuk sebuah kata menjelaskan nama gambar yang ada.
Menurut Ernawati yang mengaku sejak setahun terakhir konsentrasi mengurus 3 anaknya yang masih kecil-kecil, upaya yang dilakukannya merupakan metode pendidikan untuk menanamkan budaya gemar membaca meski belum mengenal huruf-huruf.
Ada istilah yang mengatakan, “Dari kecil terbiasa, sudah besar terbawa” sehingga menanamkan suatu kebiasaan harus dari kecil yang dampaknya akan menjadikan kebiasaan pula bila kelak sudah besar.
Mengikuti perkembangan metode pembelajaran yang jauh berbeda ketika dirinya masih kecil, harus dipahami orangtua zaman sekarang. Dulu, pengenalan ilmu pengetahuan disandarkan secara utuh kepada guru di sekolah di tingkat SD. Sekarang peranan orangtua justeru harus aktif untuk membimbing anak-anaknya di luar bangku sekolah alias tatkala berada di rumah.
Metode pembelajaran dulu, orangtua selalu marah bahkan tak jarang harus memukul kalau anaknya tidak mau belajar. Dan sekarang, pengawasan dan pembiasaan dengan keramahtamahan harus menjadi cara orangtua agar anaknya rajin belajar.
Salah satunya adalah mengenalkan anak-anak belajar sejak dini dengan selalu mendampinginya termasuk menanamkan kecintaan agar gemar membaca buku.

Rangsang Kecerdasan
Kepala Sekolah Raudhatul Atfal (RA-TK) Yayasan Pendidikan BKM Nurul Iman Desa Durian Siti Aisyah, S PdI mengatakan, konsep pendidikan terhadap anak harus menanamkan kecintaan terhadap sesuatu sejak kecil. Anak diusia dini, akan lebih cepat ‘merekam’ dan meniru suatu aktivitas sehingga akan menjadi kebiasaan termasuk menanamkan budaya gemar membaca sejak dini.
Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan tentunya melalui pengawasan yang intens tidak saja memunculkan kegemaran, tapi sangat berfungsi dalam merangsang kecerdasan anak menjadi lebih kreatif.
Perlu dipahami katanya, mencerdaskan anak tidak boleh memaksa mereka melakukan sesuatu yang berada di luar kemampuannya. Keberhasilan seorang guru dalam mengajar bukan ditentukan dengan target yang sudah dicanangkannya, tapi bagaimana anak tersebut dapat mengikutinya dengan santai tanpa ada tekanan psikologis yang justeru membuatnya sulit mencerna materi yang disampaikan.
Karenanya, pembiasaan-pembiasaan terhadap anak harus dimulai sejak dini agar mereka berkembang sesuai dengan kondisi psikologis mereka tanpa memaksakan di luar kemampuannya.
Aisyah menuturkan, metode “Quantum Learning” merupakan pembelajaran yang mendorong seorang anak agar bisa mempergunakan daya kecerdasannya melalui motivasi yang ringan tapi bernilai.
Bermain sambil belajar, berwisata sambil belajar atau mengemas metode pembelajaran dengan permainan yang disukainya merupakan metode yang sangat bagus sehingga tidak saja minat yang didorong, kecerdasan juga menjadi bagian hasil akhir dari pembelajaran tersebut.
Sayangnya kata Aisyah, sekolah di pedesaan termasuk madrasah (sekolah) RA yang dipimpinnya, fasilitas pengadaan buku-buku bacaan termasuk untuk anak-anak sangat minim.

Jendela Dunia
Pengelola Waroeng Pintas Dato Seri Hotma Darwis, SH menjelaskan, membaca merupakan upaya untuk membuka ‘Jendela Dunia’. Tanpa adanya minat membaca mustahil seorang akan bisa melihat kompetisi di dunia ini yang menghamparkan berbagai peluang namun bersyarat kemampuan..
Budaya gemar membaca harus dicanangkan semua orang termasuk orangtua yang selama ini hanya memerankan diri sebagai ‘Penitip’ sejati anak-anaknya kepada para guru.
Kehadiran Waroeng Pintar Dato Seri yang menyediakan ribuan buku bacaan untuk berbagai tingkatan termasuk buku-buku bacaan untuk anak-anak prasekolah, salah satunya bertujuan meningkatkan kegemaran membaca buku.
“Penanaman budaya gemar membaca sejak dini merupakan cara cerdas untuk mempersiapkan anak mampu membuka jendela dunia yang begitu kompetitif” paparnya.

Perbanyak Perpustakaan
Menurut Hotma, perhatian terhadap penyediaan buku-buku bacaan untuk masyarakat termasuk anak-anak harus serius. Pemerintah harus segera memperbanyak perpustakan sampai ke tingkat pedesaan yang sangat minim mendapatkan kesempatan membaca buku.
Konsep pendidikan yang berkeadilan semestinya bisa dirasakan masyarakat khususnya anak-anak usia produktif bersekolah untuk mendapatkan fasilitas buku semisal dalam bentuk perpustakaan yang diadakan sampai ke pedesaan.
Pengadaan perpustakaan sampai ke pedesaan juga upaya untuk menyuburkan budaya gemar membaca sejak dini. “Kita melihat minat baca anak-anak di pedesaan sebenarnya sangat tinggi. Terbukti di Waroeng Pintar ini saja pengunjungnya kebanyakan anak-anak” tandasnya.
Untuk itu, menumbuhkan budaya gemar membaca ini terlebih buat anak-anak sejak dini, pengadaan perpustakaan sampai ke pedesaan harus segera dilaksanakan.
“Apa kata dunia kalau anak-anak Indonesia, perpustakaan saja tak ada. Sementara di negara lain, anak seumuran SD bahkan TK sudah mampu menggunakan komputer dan internet” ungkap Hotma sembari menegaskan, saatnya jendela dunia harus terbuka lebar untuk anak-anak Indonesia.

Teks Foto
Analisa/amirul khair

GEMAR MEMBACA SEJAK DINI : Upaya untuk menanamkan budaya gemar membaca kepada anak sejak dini harus menjadi perhatian sehingga melahirkan generasi-generasi berwawasan dan berkualitas.