Rabu, 06 Januari 2010

HUT ke-6 Sergai

Dirgahayu ke-6 Kabupaten Serdang Bedagai

Oleh : Amirul Khair

“Serdang Bedagai” atau sering disingkat “Sergai”, siapa yang tidak tahu ? Andai ada orang di Sumatera Utara tidak tahu minimal mendengar namanya, yang pasti orang tersebut bukan tipe golongan peminat baca koran.

Hampir setiap hari, media cetak khususnya terbitan Kota Medan pasti memuat pemberitaan terkait Sergai dengan mottonya “Tanah Beradat Negeri Bertuah” yang tepat tanggal 7 Januari 2010 berusia genap 6 tahun.

Usia 6 tahun masih masa yang sangat relatif muda bahkan termasuk kategori anak-anak yang belum akil balig (dewasa) dan belum dibebani kewajiban seperti orang dewasa.

Seorang anak balita, bila dalam pertumbuhannya tidak diberi asupan bergizi, tentu pertumbuhannya akan lamban dan tidak sehat. Sebaliknya, asupan gizi yang berimbang kepada balita akan menciptakan anak-anak sehat dan cerdas serta berkualitas.

Kepakan Sayap

Kabupaten Serdang Bedagai memang masih kategori anak-anak yang baru lepas dari status kebalitaannya. Namun, diusianya yang masih belia tersebut, ‘acungan jempol’ pertanda salut sangat wajar untuk diapresiasikan atas prestasi laju pembangunan yang sudah ditorehkan.

Mengukur kesuksesan pada perolehan limit tertentu bukanlah hal yang objektif. Namun paling tidak, ada standard yang menjadi kerangka acuan untuk mengukur sebuah kesuksesan dari sebuah program pembangunan yang digulirkan.

Filosofis “hari ini harus lebik baik dari sebelumnya” tampaknya menjadi komitmen Bupati HT Erry Nuradi dan wakilnya H Soekirman yang sudah sekira 4,5 tahun memimpin dalam memacu laju pembangunan di daerah yang kaya akan potensi pertanian serta salah satu penghasil beras di Sumut dan tercatat surplus setiap tahunnya.

Kepakan sayap pembangunan di Sergai dalam berbagai bidang yang langsung menyentuh masyarakat dan pasti menjadi prioritas telah menorehkan prestasi spektakuler sebagai kabupaten yang baru dimekarkan dari Deli Serdang ini.

Tercatat, sejak tahun 2006 sampai tahun 2009, Sergai meraih 123 penghargaan dengan klasifikasi, 47 jenis penghargaan tingkat nasional dan internasional serta 76 jenis penghargaan tingkat Provinsi Sumatera Utara. Dan lebih spektakulernya lagi, penghargaan tersebut hampir merata di segala aspek pembangunan yang diperankan pemerintah bersama masyarakatnya.

Komitmen dan Kebersamaan

Mungkin, tidak banyak kabupaten/kota di Indonesia yang baru dimekarkan memiliki prestasi luar biasa dalam memacu laju pembangunan seperti yang telah diraih Sergai. Apapun pertimbangannya, sangat wajar bila sebuah kabupaten/kota yang baru dimekarkan akan mengalami hambatan dalam percepatan pembangunan terlebih masih dalam kurun waktu 6 tahun.

Namun, tidaklah berlebihan bila Penulis mengecualikan Sergai dan layak menerima pengecualiaan tersebut bila ditinjau dari kacamata keberadaannya yang masih baru dengan prestasi yang telah diraih.

Setidaknya, ada dua aspek yang menjadikan Sergai mampu melaju bak ‘meteor’ dalam memacu ketertinggalannya dari kabupaten/kota lain yang telah lama ada, Yakni, komitmen pemimpin daerahnya dan kebersamaan rakyat untuk saling bahu membahu serta berpartisipasi dalam pembangunan.

Duet kepemimpinan HT Erry Nuradi dan H Soekirman cukup berhasil dalam menanamkan mental tanggung jawab kepada jajarannya dalam mengemban amanah dan memaknai arti tanggung jawab sebagai pelayan masyarakat, meski masih ada pejabat yang tidak siap dalam merealisasikan tanggung jawab tersebut.

Potret pejabat yang tidak siap dengan tanggung jawab tersebut juga merupakan hal yang wajar karena memang tidak ada orang dan sesuatu yang sempurna namun harus terus diminimalisir.

Sehebat dan secerdas serta sekuat apapun pemimpinnya, bila tidak didukung rakyatnya, mustahil akan mampu memimpin sebuah daerah terlebih setingkat kabupaten menuju keberhasilan pembangunan disegala aspek yang mampu menyejahterakan rakyatnya.

Rasa kebersamaan yang diimplementasikan dalam bentuk kesadaran dan partisipasi masyarakat selama ini merupakan kunci keberhasilan Sergai dengan berbagai prestasinya. Sehingga wajarlah berbagai penghargaan baik tingkat nasional dan internasional terlebih provinsi diberikan kepada negeri “Tanah Beradat Negeri Bertuah” ini.

Komitmen pemimpin untuk menyejahterakan rakyat secara adil dan merata serta kebersamaan mendukung pembangunan lewat partisipasi inilah yang harus terus dipupuk dan dijaga agar tetap terjalin. Bahkan, sinerjisasi ini harus ditumbuhkan lebih subur lagi karena hasil dari komitmen dan kebersamaan tersebut akan kembali kepada seluruh masyarakat Sergai secara utuh.

Masih Banyak “PR”

Puas dengan apa yang telah diraih bukanlah ciri-ciri orang yang sukses. Namun bukan berarti, orang yang tidak puas kategori orang yang serakah. Untuk kebaikan orang banyak, rasa puas adalah sikap yang salah. Sebab, kemajuan memang harus terus diwujudkan terlebih dengan perkembangan zaman yang sangat kompetitif.

Bagi HT Erry Nuradi dan H Soekirman serta pejabat di jajaran Pemkab Sergai, masih banyak “Pekerjaan Rumah” (PR) yang harus dituntaskan untuk menjadikan kehidupan masyarakat Sergai laksana hidup di alam ‘nirwanis’ (surgawi).

Penghargaan yang diraih hanya motivasi untuk terus berbuat yang terbaik bagi rakyat. Esensinya adalah, menjadikan setiap rakyat Sergai merasakan kenyamanan, kebahagiaan dan kesejahteraan yang adil dan merata.

Secara kuantitatif, pembangunan di Sergai dengan keterbatasan sebagai kabupaten yang baru dimekarkan cukup baik dalam memaju laju pembangunan yang sudah dilakukan. Namun, secara kualitatif, masih terlalu banyak yang perlu dibenahi untuk membangun Sergai secara utuh terlebih untuk menjadikannya menjadi salah satu kabupaten terbaik di Indonesia.

Selamat ulang tahun ke-6 Kabupaten Serdang Bedagai. Semoga lebih baik lagi ke depan dengan pembangunan yang langsung dirasakan masyarakat.. Dirgahayu ke-6 Serdang Bedagai.


Tradisi


Bubur ‘Asyura’, Tradisi yang Tak Lekang Ditelan Zaman

Oleh : Amirul Khair


Bagi umat Islam, tanggal 10 Muharram tahun hijriyah merupakan momen sakral yang tidak lepas dari perjalanan sejarah dalam Islam itu sendiri. Ada banyak peristiwa penting yang terjadi di masa abad-an silam di antaranya, diterimanya tobat Nabi Adam AS karena melanggar perintah Allah SWT agar tidak memakan ‘Buah Khuldi”.

Selain itu, keluarnya Nabi Yusuf AS dari dalam telaga dan Nabi Yunus AS dari perut ikan juga menjadi bagian peristiwa tanggal tersebut selalui diperingati dengan hari “Asyura” atau hari ke-10 dari bulan Muharram.

Bagi umat Islam suku Banjar di Desa Kubah Sentang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang, setiap kali tanggal 10 Muharram tiba, selalu dilakukan tradisi yang sampai sekarang tak lekang ditelan zaman yakni, membuat bubur ‘Asyura’ yang kemudian dimakan secara bersama-sama.

Tahun ini, tradisi makan bubur “Asyura’ bersama ini dilaksanakan umat Islam suku Banjar Desa Kubah Sentang di Masjid Jami Dusun II, Jumat (1/1) bertepatan dengan tahun baru masehi 2010 namun tidak tepat tanggal 10 Muharram.

Pasalnya ungkap tokoh agama dan masyrakat suku Banjar setempat Buchri M, pelaksanaannya menunggu waktu masyarakat bisa berkumpul bersama dan hanya tepat untuk dilaksanakan hari Jumat usai melaksanakan salat fardu Jumat.

Tradisi makan bubur ‘Asyura’ bersama ini ungkap Ambi, tokoh suku Banjar lainnya, sudah menjadi tradisi sejak lama dan belum pernah tidak dilaksanakan setiap tahunnya meski dilaksanakan secara sederhana.

Konon menurut orangtua mereka, makan bersama bubur ‘Asyura’ berasal dari peristiwa pemboikotan kaum kafir quraisy kepada keluarga Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya sehingga umat Islam saat itu merasakan kelaparan dan terpaksa memakan berbagai dedaunan untuk bisa bertahan hidup.

Karenanya, pembuatan bubur ‘Asyura’ yang sebenarnya dikenal dengan bubur pedas sama seperti dengan suku Melayu. Namun ada perbedaan cara memasaknya. Kalau bubur pedas suku melayu cara memasaknya tidak dicampurkan dengan dedaunan. Tapi, pembuatan bubur pedas ‘Asyura’ di suku Banjar, semua dedaunan yang berjumlah puluhan tersebut dilebur menjadi satu dan dimasak langsung dengan bubur dari beras tersebut.

Silaturahim

Selain mengikuti tradisi yang berlaku di suku Banjar khususnya di Desa Kubah Sentang, tradisi makan bersama bubur ‘Asyura’ ini tambah Ambi, sebagai sarana untuk bersilaturahim dengan sesama masyarakat yang mungkin jarang berjumpa sehari-hari meski bertetangga.

Pembuatan bubur ‘Asyura’ dimasak bersama-sama kaum ibu dan bahan-bahannya dari masyarakat secara bergotongroyong kemudian disajikan kepada khalayak ramai yang datang berkumpul sehingga terjalin suasana kekeluargaan.

Kemasan acaranya juga dilakukan tidak formal. Layaknya seperti makan bersama keluarga di rumah, demikian juga tradisi makan bubur ‘Asyura’ bersama yang digelar masyarakat muslim suku Banjar Desa Kubah Sentang ini.

Saat Penulis ikut serta dalam tradisi tersebut, terasa suasana kebersamaan antar masyarakatnya. Kaum laki-laki baik tua, muda maupun anak, duduk sila bersama di atas lantai beralas tikar sambil menyantap bubur pedas ‘Asyura’.

Sementara kaum ibu, juga ikut makan bersama dan beberapa di antaranya sibuk melayani memasukkan bubur ke dalam piring satu persatu setelah dipindah dari kuali wadah memasak bubur ukuran besar di atas tungku api.

Teks Foto

BUBUR ASYURA : Masyarakat muslim suku Banjar Desa Kubah Sentang menyantap bubur ‘Asyura’ bersama-sama yang sudah menjadi tradisi setiap kali 10 Muharram tiba di Masjid Jami.

SIAPKAN : Kaum ibu menyiapkan bubur ‘Asyura’ untuk disantap bersama-sama.




Gebyar Muharram 1431 Hijriyah


Tausiah Muharram Tahun Baru Islam 1431 Hijriyah



Remaja Masjid Jami Desa Kubah Sentang Kec. Pantai Labu - Deli Serdang
menampilkan zikir



Apresiasi visualisasi puisi bertajuk "SENANDUNG KETAKWAAN"



para juara lomba busana muslim, azan, hapalan alQuran urat-surat pendek
Pada rangkaian "Gebyar Muharram 1431 H"
Remaja Masjid Jami Kubah Sentang



Remaja Masjid Jami Kubah Sentang mengusung perubahan
menuju generasi-generasi muslim berkarakter dan bertakwa
dengan membalut jiwa dan raga dengan 'Semangat Masjid"