Minggu, 18 Oktober 2009

Ekonomi Mikro Syariah

BMT, ‘Nadi’ Orang Kecil yang Butuh ‘Infus’

Oleh : Amirul Khair


DUNIA usaha yang menjadi elemen akselerasi perekonomian tidak mungkin bisa maju dan berkembang bila tidak didukung keberadaan perbankan sehat baik konvensional terlebih perbankan syariah yang saat ini terus mengalami ‘booming’.

Jutaan pelaku usaha sangat terbantu dengan keberadaan perbankan yang mendapatkan kucuran modal ‘segar’ sehingga bisa mengembangkan bisnis yang tentunya disesuaikan dengan proyeksi potensi perkembangan pasar.

Akan tetapi keberadaan bank-bank tersebut ternyata belum mampu berpihak secara adil dalam melayani setiap orang. Bagi pelaku bisnis kelas atas, keberadaan perbankan sangat positif dalam membantu bisnis yang mereka geluti.

Proses dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa menikmati dana perbankan hanya bisa dipenuhi orang-orang yang notabenenya sudah kaya sehingga benar apa kata Raja Dangdut Rhoma Irama “ Yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin”.

Bagi kalangan bawah, tepatnya pelaku UKM yang tidak memiliki sesuatu yang dapat dijadikan agunan justeru tidak bisa menikmati keberadaan perbankan alias gigit jari tatkala orang-orang kelas elit dengan mudah menikmati kucuran dana yang dipinjamkan pihak perbankan.

‘Nadi’ Orang Kecil

Solusi bagi permasalahan orang kecil dalam mencari dana untuk modal usaha agak sedikit tercerahkan dengan keberadaan sistem ekonomi syariah bagi pelaku ekonomi mikro yang dilembagakan salah satunya melalui Baitul Mal wat Tamwil (BMT).

Menurut praktisi BMT Drs OK Khaidar Aswan, BMT merupakan ‘nadi’ bagi orang-orang kecil yang ingin maju dan berkembang dalam meningkatkan kualitas kesejahteraannya di tengah ketidakberpihakan bank konvensional.

BMT memiliki sistem yang bersih ketimbang bank konvensional dan sangat terjangkau bagi pelaku UKM. Potensi pemberdayaan terhadap ekonomi mikro lebih besar diperankan BMT yang sebenarnya sudah digulirkan sejak zaman pemerintahan mantan Presiden Soeharto.

Peran BMT menjangkau pelayanan bagi pelaku ekonomi mikro lebih efektif. Selain persyaratan ringan, sistem pembinaannya juga mengakar sehingga nasabah yang mendapatkan pinjaman modal penguatan usaha diorientasikan bisa memberdayakan modal yang diberikan menjadi lebih produktif.

Pemberian modal pinjaman penguatan usaha saja kepada pelaku ekonomi mikro tanpa pembinaan justeru bisa membuat mereka ‘terjerat’ dengan hutang yang malah membuat usaha mereka hancur. Ini artinya, pemberian modal pinjaman jangan dilepas begitu saja tanpa ada ikatan psikologis lewat pembinaan.

Butuh ‘Infus’

Program pemerintah berupaya agar BMT mampu berkembang pesat merujuk kepada peran dan fungsinya terlebih jangkauan yang lebih mengakar khususnya ke pedesaan dan pelaku UKM. Begitu pentingnya peranan yang dipegang BMT selaku semacam ‘Perpanjangan” tangan pemerintah yang harus diakui bahwa kemampuan bertahan ekonomi kerakyatan sektor UKM telah menopang perekonomian nasional tatkala negeri ini diterpa krisis ekonomi.

Sayangnya ungkap Khaidar, pemerintah dinilai tidak serius dalam melakukan pembinaan terhadap lembaga BMT sehingga banyak yang berjalan di tempat bahkan harus berhenti beroperasi akibat tidak mampu memenuhi biaya operasional serta melayni kebutuhan nasabahnya.

Sebagai ’nadi’ orang kecil, kebanyakan BMT mengalami kendala penguatan dana untuk bisa berkembang dan maju. Lembaga ekonomi mikro syariah ini membutuhkan ‘infus’ dari pemerintah berupa penguatan dana sehingga pengembangannya juga lebih akseleratif dan konsekuensinya juga berdampak positif bagi dunia usaha mikro.

Tidak banyak BMT yang mampu bertahan bila tidak didukung pemerintah. Kemandirian lembaga ini sangat ditentukan penyangga penguatan dana yang cukup sehingga mampu berinovasi lewat program-programnya.

Karenanya, pemerintah harus serius memperhatikan perkembangan dunia BMT agar targetnya tidak sekadar mencanangkan program. Tapi diiring dengan pembinaan aktif sehingga mampu menciptakan BMT-BMT mandiri yang kuat.

Jangan biarkan denyut nadi orang-orang kecil ini berhenti. Pemerintah harus segera memberikan dan memasang ‘infus’ demi kelangsungan BMT yang sangat strategis dalam menyejahterakan masyarakat bawah demi bangkitnya ekonomi kerakyatan yang bukan sekadar retorika belaka. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar